Pada
tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari sembilan
kelompok pemukiman digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof menjadi
inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada waktu itu Bupati Demang
Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan
dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke
Kalibaru/Kalimulya. Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di
sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahannya
terletak di Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukahati (Kampung Empang
sekarang).[2]
Terdapat
berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu
pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar
yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di
Kebun Raya Bogor.
Pendapat
lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang
berarti tunggul pohon enau (kawung). Pendapat di atas memiliki dasar dan
alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap akhlinya. Namun
berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752 telah muncul
kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de Negorij
Bogor, yang berarti kepala kampung Bogor. Pada dokumen tersebut
diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun
Raya itu sendiri mulai dibangun pada tahun 1817.
Perjalanan
sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan zaman
kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Pada empat abad
sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali
zaman kerajaan Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan 'ajaran dari
leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan'. Sejak saat
itu secara berturut-turut tercatat dalam sejarah adanya
kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu :
- Kerajaan Taruma Negara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun 358 sampai dengan tahun 669.
- Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852.
- Kerajaan
Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai dengan
tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang diperintah oleh 6
orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482.
- Kerajaan
Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579. Pelantikan raja
yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian
khusus. Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti,
dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian
ditetapkan sebagai hari Jadi Bogor yang secara resmi dikukuhkan melalui
sidang pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor pada tanggal 26 Mei
1972.
Pada
tahun 1975, Pemerintah Pusat(dalam hal ini Menteri Dalam Negeri)
menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan
di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat Pemerintahan
Kotamadya Bogor. Atas dasar tersebut, pemerintah daerah Tingkat II Bogor
mengadakan penelitian dibeberapa wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan sebagai pusat
pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah
wilayah Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan
Cibinong (Desa Tengah).
Hasil
penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang diajukan ke pemerintah
Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah Rancamaya
wilayah Kecamatan Ciawi. Akan tetapi pemerintah Pusat menilai bahwa
Rancamaya masih relatif dekat letaknya dengan pusat pemerintahan
Kotamadya Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan
dan pengembangan wilayah Kotamadya Bogor.
Oleh
karena itu atas petunjuk pemerintah Pusat agar pemerintah daerah Tingkat
II Bogormengambil salah satu alternatif wilayah dari hasil penelitian
lainnya. Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun
1980, ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor
terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong.
Penetapan
calon ibu kota ini diusulkan kembali ke pemerintah Pusatdan mendapat
persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
1982, yang menegaskan bahwa ibu kota pusat pemerintahan Kabupaten Daerah
Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Sejak
saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu
kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985
dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Bogor pada saat itu3. Doclang
Mirip
dengan kupat tahu kalau di Bandung, tapi Doclang menggunakan kentang
rebus dan bumbunya mendapatkan sentuhan tauco. Bumbu kacangnya yang
sengaja tidak tergerus halus, digunakan untuk mengguyur lontong, tahu
goreng dan kentang rebus. Doclang bisa di temui di kawasan Jembatan Merah, Jl. Mantarena dan Bpk Odih di Jl. Pasir Kuda.
Read more: http://www.banyumurti.net/2013/08/kuliner-bogor-8-kuliner-tradisional.html#ixzz3FcFmNU8r
0 komentar:
Posting Komentar